Pengantar Studi Islam
By
Pada kesempatan ini saya memposting tugas yang baru saja saya kumpul untuk mata kuliah "PENGANTAR STUDI ISLAM" dengan Dosen pengajar ibu Dra. Amelia Rahmaniah, M.A., di Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Tujaun saya memposting tugas ini tidak lebih dan tidak bukan hanya untuk sekedar berbagi kepada pembaca sekalian. Agar sekiranya dapat digunakan sebagai Referensi atau acuan penulisan Maklah maupun sekedar dibaca. Saya sangat berharap sekiranya para pembaca yang ingin mengutip ataupun mengcopas makalah ini sesuai dengan ketentuannya. sehingga tidak disalah gunkan ataupun merugikan pihak Team kami.
semoga memberikan manfat
Baca juga :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dewasa
ini kehadiran agama semakin dituntu agar ikut terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya
menjadi lambing kesalehan atau berhenti hanya sampai sekedar disampaikan dalam kotbah, melainkan secara
konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memcahkan masalah.
Berkenaan
dengan pemikiran diatas, maka disini kita akan mengkaji berbagai pendekatan
yang dapat digunkan dalam memahami Agama, agar kedepannya agama tidak lagi
disalah artikan. Karena melalui pendekatan-pendekan itu, agama akan lebih mudah
dipahami atau dirasakan fungsinya oleh penganut agama itu sendiri. Sebaliknya
tanpa pengetahuan mengenai pendekatan-pendekatan ini, tidak mustahil apabila
agama menjadi sulit untuk dipahami oleh masyarakat dan lebih parahnya
masyarakat menjadi tidak mengerti mengenai apa fungsi dari agama yang mereka
anut, sehingga mencari pemesahan masalah kepada selain agama, dan hal itu tidak
semestinya terjadi . karena fungsi dari agama itu sendiri adalag sebagai sumber
jawaban dari segala permasalahan. Oleh karena itu penting sekali menegtahui
beberapa dari pendekatan-pendekatan dalam studi islam. Seperti; pendekatan
teologis, antopologis, sosiologis, filosofis, historis, kebudayaan, dan
psikologis.
1.2. Rumusan
Masalah
a)
Apa pengertian pendekatan studi
islam
b)
Bagaimana metodologi pendekatan
studi islam
1.3.
Tujuan penulisan
Makalah
ini ditulis oleh pemakalah dengan tujuan menjawab permasalahn-permasalan yang
terangkum dalam latar belakang penulisan maupun yang ada dalam rumasan masalah.
Dan selanjutnya pemakalah memiliki tujuan ingin Memberikan pemahaman lebih
kepada mahasiswa/I dan juga masyarakat umum mengenai metode-metode yang
digunakan islam untuk memahami ektensi dari islam itu sendiri.
BAB
II
PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
2.1. Pengertian
Pendekatan Studi Islam
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, pendekatan adalah “1). Proses perbuatan, cara
mendekati, 2). Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan
hubungan dengan orang yang diteliti; metode- metode untuk mencapai pengertian
tentang masalah penelitian.Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan
dengan:“ approach” dan dalam bahasa Arab disebut dengan “ madkhal ”.
Secara terminology, Mulyanto Sumardi menyatakan, bahwa pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode, dan tekhnik. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Secara terminology, Mulyanto Sumardi menyatakan, bahwa pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode, dan tekhnik. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Di
dalam buku Sanjaya[1]
pendekatan dapat diartikan sebagai titik tulak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran.
Studi
islam sendiri memiliki penegrtian;
Studi islam secara etimologi merupakan
terjemahan dari Bahasa Arab “Dirasah Islamiyah”. Sedangkan studi islam
di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka sudi islam secara harfiah
adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan islam. Dengan perkataan lain, studi islam adalah
usaha sadar dan sistematis untuk
mengetahui dan memahami serta membahas
secara mendalam tentang tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan
dengan agama islam, baik berhunbungan dengan ajaran, sejarah maupun
praktik-praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,
sepanjang sejarahnya. Studi islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah
pada tiga hal : 1) islam yang bermuara pada ketundukan atau bersearah diri, 2)
islam dapat dimaknai yang memgarah pada keselamatan dunia dan akhirat, sebab
ajaran islam pada hakikatnya membimbing
manusia untuk berbuat kebajikan dan menajuhi semua larangan, 3) Islam bermuara
pada kedamaian.[2]
“Jadi
pendekatan studi isalam adalah proses perbuatan mendekati untuk mencapai
tentang masalah penelitian yang berkaitan dengan Agama Islam secara sadar dan
sistematis dalam memahami serta membahas
secara mendalam tenatng seluk-beluk agama atau hal yang berhungungan dengan
agama islam.”
2.2.
Pendekatan - pendekatan dalam Studi
Islam
2.2.1.
Pendekatan Teologis
Suatu
pendakatan yang normative dan subjektif terhadap agama adalah pendekatan
teologis. Pada umumnya , pendekatan ini
dilakukan dari dan oleh penganut suatu agama dalam usahanya menyelidiki agama
lain. Dengan demikian, pendekatan ini bisa juga disebut pendekatan atau metode
tekstual, atau pendekatan kitabi maka ia selalu menampakkan sifatnya yang
apologis dan dedukatif.[3] Amin
Abdullah mengatakan bahwa teologis, sebagaimana kita ketahui, tidak bisa tidak,
mengacu pada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen dan
dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang yang bersifat subjektif,
yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat, merupakan ciri yang
melekat pada bentuk pemikiran teologis.[4]
Dari
pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman
keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau
simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar
sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan
fanatik bahwa pahamnyalah yang paling benar sedangkan paham lainnya salah,
sehingga memandang paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad, dan
seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat, dan kafir itupun
menuduh kepada lawannya sebagai yang
sesat dan kafir. [5]
Berkenaan
dengan pendekatan teologi tersebut, Amin Abdullah mengatakan bahwa pedekatan
teologi semata-mata tidak dapat mecahkan masalah esensial pluralitas agama saat
sekarang ini. Terlebih-lebih lagi, kenyataan demikian harus ditambahkan bahwa
doktrin teologi, pada dasaranya memang tidak pernah berdiri sendiri, terlepas
dari jaringan institute atau kelembagaan social kemasyarakatan yang mendukung
keberadaannya .[6]
2.2.2.
Pendekatan Antropologis
Pendekatan
Antropologi Dilihat dari definisi, antropologi adalah ilmu yang mengkaji
manusia dari aspek cara melakukan aktivitas kebudayaannya. Pendekatan
antropologi dalam memahami agama berangkat dari proposisi bahwa agama tidak
berdiri sendiri. Ia selalu berhubungan erat dengan pemeluknya. Karena Setiap
pemeluk agama memiliki sistem budaya dan kultur masing-masing. Melalui
pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan pemecahan masalahnya. Islam
sebagai agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW sampai saatnya kini telah melalui
berbagai dimensi budaya dan adat istiadat. Masing-masing negeri memiliki corak budayanya
masing-masing dalam mengekspresikan budayanya. Nilai- nilai keagamaan akan
terwujud dalam kehidupan masyarakat. Seperti mengenai agama kalangan, priyayi,
dan santri adalah kajian mengenai keyakinan- keyakinan agama dalam kehidupan
masyarakat Jawa sesuai dengan konteks lingkungan hidup dan kebudayaan masing-
masing.
Antropologi
dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan
pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipasif. Dari sini timbul
kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan
deduktif sebagaimana yang digunakan dalam pengamatan sosiologis.[7]
Melalui
pendekatan antropologis sebagaiman tersebut di atas terlihat dengan jelas
hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia dan dengan itu pula
agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia.
2.2.3.
Pendekatan Sosiologis
Pendekatan
Sosiologis Memahami agama islam dengan pendekatan sosiologi terkait erat dengan
bagaimana implikasi, aplikasi dan dampak ajaran agama dalam tata kehidupan yang
nyata, baik dalam skala individual, keluarga , kelompok, komunitas maupun
bangsa dan negara. Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan,
banyak bidang kajian agama yang dapat di pahami jika menggunakan jasa bantuan
dari ilmu sosiologi ( karena ajaran agama banyak sekali berkaitan dengan
masalah sosial ). Misalnya, bagaimana pengaruh ajaran agama terhadap
nilai-nilai luhur, tradisi, kebiasaan-kebiasaan dalam suatu bangsa dan
sebagainya. Bagaimana kerjasama antara umat beragama , seberapa jauh ajaran
agama mendasari dan menjiwai serta memberikan pedoman dalam kehidupan
keseharian umatnya, bagaimana interaksi antara ajaran agama dan ajaran yang
bersumber nonagama dan seterusnya. Demikian juga persoalan keterkaiatan antara
ajaran agama dengan struktur sosial budaya,kekuasaan, pemerintah,politik,
ekonomi dan sebagainya. Implementasi pengamalan agama antara masyarakat
pedesaan dengan masyarakat perkotaan juga menjadi hal yang menarik diteliti
dari sudut sosiologi. Hubungan sosial masyarakat pedesaan sangat harmonis dan
akrab. Namun diperkotaan, suasana seperti ini jarang ditemui.
Selanjutnya,
sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.
Hal demikian dapat demengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru
dapat dipahami secara proposional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan
dari ilmu sosiologi. Dalam agama islam
dapat dijumpai peristiwa Nabi Yunus yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi
penguasa di Mesiir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya Nabi Musa dibantu oleh Nabi Harun. Beberapa
peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya
dengan bantuan ilmu social.[8]
2.2.4.
Pendekatan Filosofis
Pendekatan
Filosofi Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang
berarti cinta kepada kebenaran, ilmu, dan hikmah. Selain itu filsafat dapat
pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.[9] Dari
definisi tersebut, dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya
menjelaskan inti, hakikat , atau hikmah di balik sesuatu yang berada di luar
objek. Berpikir filosofis, dapat di gunakan dalam memahami ajaran agama,
dengan maksud agar hikmah atau hakikat atau inti dari ajaran agama dapat
dimengerti secara seksama dan dipahami.Pendekatan filosofis yang demikain itu
sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Misalnya dalam buku berjudul Hikmah Al-Tasyri’
wa Falsafatuhu yang ditulis oleh Muhammad Al-Jurawi. Dalam buku tersebut Al-Jurawi
berupaya mengungkapkan hikmah yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama Islam.
Contoh : Ajaran agama misalnya mengajarkan agar melaksanakan shalat berjamaah.
Tujuannya antara lain adalah agar seseorang mersakan hikmah hidup secara
berdampingan dengan orang lain.
Melalui
pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama
yang bersifat formalistik, yakni
mengamalkan agama dengan susah payah tetapi tidak memiliki makna apa-apa,
kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengamalan agama tersebut hanyalah
pengakuan formalistik.
Namun demikian,
pendekatan filosofi ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan bentuk pengalaman agama yang bersifat formal.
Islam sebagai
agama banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran sudah dapat
dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofi dalam memahami ajaran agamanya.[10]
2.2.5.
Pendekatan Historis Sejarah (historis)
Pendekatan
Histori Sejarah atau Historis adalah suatu ilmu yang didalamnya di bahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan
unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.[11] Pendekatan
sejarah dalam memahami agama bertolak dari prinsip bahwa agama memiliki
perjalanan sejak ia dilahirkan sampai perkembangannya hingga sekarang. Dalam pejalanan
sejarah ada agama yang bertahan sampai saat ini namun ada juga yang hilang
ditelan sejarah. Pendekatan sejarah dalam memahami agama dapat membuktikan
apakah agama itu masih tetap pada orientasinya seperti ketika ia baru muncul
atau sudah bergeser jauh dari prinsip-prinsip utamanya. Bila hal itu
dihubungkan dengan agama islam maka ia dapat dimasukan pada kategori agama yang
bertahan konsisten dengan ajaran seperti pada masa awalnya.
Pendekatan
kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memehami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial
kemasyarakatan.
2.2.6.
Pendekatan Kebudayaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kepercayaan,
kesenian, adat istiadat; dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan
sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayan.[12] Sementara itu, Sutan Takdir Alisjahbana
mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks,
yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan
sebagainya.dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarak.[13] Kesemuanya itu selanjutnya
digunakan sebagai kerangka acuan blue print oleh seseorang dalam
menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan dmikian,
kebudayaan
tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para
pembentunya dan
generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.
Kebudayaan
yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahi agama yang terdapat
pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang mengejala
dimasyarakat. Pengalam agama yang terdapat dimasyarakat
tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui
penalaran. Kita misalnya membaca kitap fiqih, maka fiqih yang merupakan pelaksanaan
dari nabs Al-Qur’an
maupun Hadis
sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan denikian, agama
menjadi membudaya atau membumi ditengah-tengah masyarakat. Agama yang
tampil dalam bentunya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang
berkemabang dimsyarakat tempat agama itu
berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang
akan dapat mengamalkan ajaran agama.[14]
2.2.7.
Pendekatan
Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati. Menurut
Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dan idak akan mempersoalkan benar
tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah
bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruh dalam perilakau
penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan
mengetahui tingkat keagamaan
yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai
alat untuk memasukan agama kedalam jiwa seseoarang sesuai dengan tingkatan
usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Kita misalnya dapat mengetahui pengaruh
dari sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya dengan melalui ilmu jiwa. Itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak
digunakan sebagai alat untuk menjelaskan segala atau sikap keagamaan seseorang.[15]
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari uraian tersebuat kita melihat ternyata agama dapat dipahami melalui
berbagai pendekatan, seperti; Pendekatan Teologis Normatif, Pendekatan
Antropologis, Pendekatan Sosiologis, Pendekatan Filosofis, Pendekatan Historis,
Pendekatan Kebudayaan, dan Pendekatan Psikologis. Dengan pendekatan itu semua
orang akan sampai pada agama . Seorang teolog, sosiolog, antropolog, sejarawan,
ahli ilmu jiwa, dan budayawan akan samapai pada pemahaman agama yang benar. Di
sini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normatif
belaka, melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan
kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seorang akan memiliki
kepuasan dari agama karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari
agama.
Terlebih lagi agama tidak bisa hanya
dipahami dnegan satu pendekatan saja, untuk memahaminya kita perlu mempelajari
atau hanya sekedar megetahui berbagai
pendekatan-pendekatan yang bisa memabawa kita kepada pemahaman dari agamanya
ynag kita anut. Yang mana pendekatan-pendekatan itu sudah kami kupas secara
umum dengan berpedoman pada buku-buku yang bersangkutan.
3.2.
SARAN
Kami berharap sekiranya makalah kami bisa
berguna secara khusus untuk Mahasiswa IAIN Antasari dan secara Umum untuk semua
kalangan masyarakat. Sehingga memperluas pengetahuan dan tidak memberikan
pandagan pada agama hanya pada satu sisi saja, karena pada dasarnya banyak
pandangan yang bisa kita gunkan untuk melihat atau memahami agama.
Dosen Pengasuh : Dra. Amelia Rahmaniah, M.A
Penyusun : Aulia Rahman (1601160383)
M. Jailani (1601160399)
[1]
Sanjaya,2008:127
[2]
http://stydyislam.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-studi-islam.html
[3] Zakiah
Darajat, op.cit., hlm. 37
[4] Eric J.
sharpe, Comparative Relegion of Hhistory, Duckworth, London, 1998, hlm.
32.
[5]
Prof. Dr. H.
Abdullah Nata, M.A. , Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2006, hlm. 29.
[6] Amin Abdullah,
Studi agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm. 31. & Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag. ; H. Badruzzaman
M. Yunus, M.A. ; Saehudin, S. Th.I. Pengantar Studi Islam , 2009, hlm. 75.
[7]
M. Dawam
Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah Terhadap
Fenomena Keagamaan” dalam M. Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1990), cet. II, hlm. 19.
[8]
Prof. Dr. H.
Abdullah Nata, M.A. , Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2006, hlm. 39.
[9]
Omar Mohammad Al-Toumy al-Syibani, Falsafah
Pendidikan Islam, (terj.) Hasan Langgulung dari judul asli Falsafah al-Tarbiyah
al-Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), cet. I, hlm. 25.
[10]
Prof. Dr. H.
Abdullah Nata, M.A. , Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2006, hlm. 47.
[11]
Isma’il R. Al-Faruqi and Lois Lamya Al-Faruqi , The
Cultural Atlas of Islam, (New York:
Macmillan Publisher Company, 1986), hlm. 65.
[12] W.J.S.
Poerwardarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, op. cit, hlm. 156.
[13] Sutan Takbir
Aliskahban, Antropoligi Baru, (Jakarta:Dian Rakyat,1986), cet.III,hlm.
[14]
Prof. Dr. H.
Abdullah Nata, M.A. , Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2006, hlm. 49-50.
[15]
Prof. Dr. H.
Abdullah Nata, M.A. , Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2006, hlm. 51.