PROSES BINGUNG (Kisah tentang Belajar Filsafat Ilmu)
By
![]() |
[sumber gambar : youthmanual.com] |
“Nikmatilah
proses bingung-nya,” ucap seorang dosen pada kami. Saya agak sedikit terkejut
mendengar penuturan beliau, yang memberikan komentar semacam itu kepada kelompok
yang maju presentasi pada sore Kamis (27/9) itu.
Kelas Filsafat
memang seharunya membingungkan, terlebih lagi jika ngambil kelas filsafat itu
disore hari. Di semester ini kami memang diwajibkan mengambil kelas Filsafat
Ilmu, mau tidak mau, yang namanya wajib, ya! harus di lakukan. Tapi saya tidak
terpaksa kok Insya Allah.
Sebuta saja
beliau Dosen Filsafat, maaf nama saya rahasiakan, ya. Sore itu tepatnya pukul
16:30 Seperti biasa beliau tidak pernah datang terlambat, maklumlah dosen muda.
Di tengah
ramainya para mahasiswa memposisikan duduknya, terlihat 4 orang mahasiswa lainya mempersiapkan
keperluan presentasinya di depan.
Kelas terasa sangat
menyenangkan seperti biasa, dosen Filsafat sudah membuka kelasnya dan
mempersilahkan para pemateri untuk memulai presentasinya. Tidak ada yang aneh dengan
sub bahasan “Ontologi” ini, karena memang dari awal saya sudah tidak mengerti. Hihi
Kelompok yang
maju pada sore itu silih berganti menjelaskan isi dari makalah yang telah
mereka susun dan pelajari jauh-jauh hari. Sub bahasan yang sangat mendasar
tentang “Ontologi” itu sedikit banyaknya membuatku yang sebelumnya pusing
bahkan ogah-ogahan mengenal yang disebut Filsafat ini, sedikit demi sedikit membuka
diri. “Tidak begitu sulit,” pikirku saat itu.
Ontologi adalah
salah satu cabang dari Filsafat Ilmu yeng membahas atau mempelajari tentang keberadaan atau ada. Saya tidak
akan membahas tentang Ontologi atau bagian-bagian lain dari Filsafat, ya. Jadi,
kalo mau mengetahui tentang Filsafat Ilmu atau Ontologi bukan di Artikel ini. Hihi
Yang jadi
fokus tulisan ini adalah pesan yang disampaikan dosen Filsafat saya yakni “Nikmatilah
proses bingungnya.” Sekilas memang terdengar mengejek, tapi kata-kata beliau
tidak terputus sampai disitu aja. Baliau melanjutkan kata-katanya “ ... mungkin
kalian tidak paham atau pusing di kelas ini, namun boleh jadi kalian akan paham
dan mengerti setelah berjalannya waktu. Atau kalian akan menemui sebuah
kejadian yang mungkin ada kaitanya dengan apa yang kita pelajari sore ini dan
membuka jalan pikiran kalian tentang yang pernah kita bahas bersama ini. Jadi untuk
sementara ini nikmartilah proses bingungnya.” Kurang lebih seperti itu yang
beliau katakan.
Yang berhasil
saya tangkap adalah, kita memang memerlukan sebuah proses yang membingungkan,
bahkan proses itu mestilah membingungkan. Karena dengan proses itulah kita akan
mengerti apa dan bagaimana cara menghargai sekecil apapun pencapaian yang
berhasil kita capai atau dalam hal ini pehamaman kita.
Pernah saya temui dalam sebuah buku yang di dalamnya
ada memuat perkataan seorang tokoh besar filsafat dan saya lupa siapa siapa
tokoh itu. Tapi kurang lebih beliau
berkata seperti ini, “bukan apa tapi bagaimana” dan “bukan tanda seru tapi
tanda tanya.” Sungguh padat akan makna, ya!
Saya tidak kan
menjelaskan hal itu secara terperici tapi, saya akan menjelaskan apa yang saya
dapat dan pahami dari kata-kata itu. seperti yang kita tahu yang terpenting dan
sangat lah berari dari hidup kita adalah sebuah pengalaman dan bukan apa yang
kita dapat dari pengalaman itu. pengalaman adalah sebuah proses menuju posisi
yang kita harapkan, tentunya “apa” atau sesuatu yang kita capat adalah bonus
dari “bagaimana” proses yang kita lalui.
Jadi begitulah
akhir dari “Proses Bingung” ini, baiklah saya tutup postingan kali ini dengan
meminjam kata-kata dari dosen SPI saya, “yang terjadi sekarang adalah residu
dari apa yang kita lakukan di masa lalu.” Demikian postingan kali ini, salah
khilaf mohon maaf. Jangan lupa share dan
comment, ya!!