-->

PACARAN suplemen agar SEMANGAT KULIAH (OMONG KOSONG, KAH?)

Sebenarnya saya sudah lama sekali ingin nulis tentang judul ini, tapi baru kesampaian pada hari ini. Dan inipun curi-curi waktu senggang ditengah-tengah jenuhnya ngerjakan tugas. Bukan sok sibuk, ya, hanya saja memang benar-benar sibuk hihi.
Baiklah, postingan kali ini akan membahas tentang omong kosong para mahasiswa yang pacaran dengan dalih agar kuliahnya semangat. Omong kosong, gak sih? Kalo menurut Bang Jahe sih omong kosong, ya!
[jawapost.com]

Biar saya luruskan dulu agar nantinya tidak ada yang salah paham. Perlu saya infokan artikel ini tidak akan membasah tentang hukum  “PACARAN” tapi fokus artikel kali ini lebih pada komentar saya tentang dalih yang tidak masuk akal oleh pelaku pacaran.

Pacaran adalah TREND?
Bila saya salah maka benarkan, tapi dari kaca mata jomblo saya ‘Pacaran di kalangan remaja belia sekarang ini lebih kepada trend aja sih atau kasarnya cuman buat hiburan doang.’ “gak Bang jahe, aku serius kok.” Serius udelmu itu. kalo serius, ya, langsung lamar aja. Buat apa pake acara pacaran. Nanti putus malah jadi musuhan, hadeh.
Eits, tadi saya ada nyebut “remaja belia” ya, karena  pelaku pacaran adalah mereka yang baru masuk masa puber, betul gak sih? Masa-masa gatel, masa-masa baru kenal lawan jenis, masa-masa 3gp berjaya.


“Pacaran hanya untuk mereka yang baru puber.” [Sumber pribadi]

Saya ingat waktu saya kelas 3 SMP dulu. Itu kali pertama saya pacaran. Waktu itu kira-kira saya baru berusia 15 atau 16 tahun. saya suka sama teman satu kelas saya, dan kami satu kelas semenjak kelas 1 dan terus satu kelas sampe kelas 3. Itu meruapakan kebahagian tersendiri bagi Jahe pada waktu itu. tapi, saya adalah tipe pecinta yang diam. Saya tidak mengutarakan perasaan saya sama sekali. Dan entah kenapa waktu itu romur beredar tentang saya dan dia. Untuk  melindungi cewek yang benar-benar saya suka, saya malah menjalin hubungan dengan cewek lain. Dengan tujuan agar dia (cewek yg saya suka) tidak terseret dalam romur itu. Sebuah kebodohan di masa puber saya. dan sampai sekarangpun saya sama belum pernah menyatakan perasaan saya pada cewek yang benar-benar saya suka itu.

Jika pacaran itu soal cinta maka itu artinya saya sama belum pernah pacaran, karena hubungan 5 tahun silam tidak ada landasan.

Cinta yang saya pendam sampai saat ini akan tetap saya jaga dan tidak akan saya kotori dengan sebuah status yang disebut pacaran,  kalo jodoh juga bakal jadi istri saya kok, hihi [Aamiin]

Lah, kok saya jadi curhat gini. Tapi, ini ada hubunganya kok. Maka dapat saya simpulakan dengan melihat kembali kisah masa lalu saya, jika pacaran memang bagi mereka yang baru puber.
Nah, kalo sudah kuliah sih  menurut aku levelnya bukan sekedar pacaran lagi.   Jika serius maka lakukanlah sebuah ta’aruf, tapi ta’aruf yang benar-benar ta’aruf  bukan hanya sekedar kedok. 


"Jangan jadikan pacaran sebagai dalih atau alasan agar sekolah atau kuliah mu semangat."

Lah, emang emak mu di kampung ... apa bukan motivasi dan semangat buat kamu sekolah atau kuliah? atau jangan2 kamu gak peduli sama sekali sama mereka yang banting tulang, menerjang badai dan panasnya matahari agar kamu bisa sekolah atau kuliah sama seperti yang lain?

Jangan terlalu dangkal memahami sesuatu, kalian dibuat tuli dan buta oleh yang namanya cinta abal-abal. Ingat bung cinta tidak sebatas pacaran aja kok. Jika dalih “agar semangat belajar” sudah tidak berlaku lagi apa kalian akan mencari dalih baru atau mau mengatakan tujuan sesungguhnya dari kalian pacran, yakni “mamuskan nafsu” ya. Itulah tujuan sebenarnya dari sebuah status yang tidak berdasar itu.

Stop! Kekanak-kanakan dengan menjalin hubungan dengan nama pacaran, lebih dewasalah dengan menjalin hubungan yang akan menunjukkan bahwa kamu dewasa. Dan satu hal lagi ‘Nikah aja kalo gak kuat lagi.’ (Baje)

PACARAN suplemen agar SEMANGAT KULIAH (OMONG KOSONG, KAH?)